KALIMANTAN UTARA — Pagi itu terasa begitu cerah. Cahaya matahari pagi memantulkan kilauan indah di permukaan laut. Persis seperti berlian yang bergerak bebas tersapu ombak. Semilir angin yang sejuk menyempurnakan pagi itu. Di sana, rumah dibangun bukan di atas tanah sebagimana pada umumnya. Melainkan berdiri di atas laut. Ya, mereka tinggal di atas permukaan laut. Kurang lebih, seperti itulah gambaran tempat tinggal Nuraida (13) dan warga Tarakan, Kalimantan Utara.
Meski kondisinya tak seperti orang pada umumnya, namun Nuraida sangat menikmati dan bersyukur atas karunia Allah yang luar biasa. Sebagaimana anak-anak seusianya, Nuraida mengisi hari-hari dengan bermain riang dan sesekali bertukar cerita tentang masa depan dan cita-cita. Akan tetapi, ada momen yang membuat Nuraida bersusah hati dan tidak berdaya. Momen itu adalah ketika teman-teman Nuraida harus pamit untuk pergi belajar ke sekolah yang berada di pesisir. Nuraida hanya bisa menyaksikan teman-temannya berjalan riang menuju sekolah.
“Kapan ya aku bisa seperti mereka. Pergi ke sekolah bersama-sama?” aku Nuraida.
Menjadi Yatim Piatu Sejak Kecil
Nuraida menjadi yatim piatu sejak kecil. Ibunya wafat saat dia masih bayi, selang beberapa waktu, ayahnya pun meninggal dunia. Nuraida tumbuh perlahan tanpa kehadiran kedua orang tua. Bahkan, ia sempat mengalami kurang gizi saat masih balita.
Tanggung jawab sebagai orang tua diemban oleh kakek dan bibi Nuraida. Kakek Nuraida banyak memberikan pelajaran tentang kehidupan padanya. Memberikan Nuraida nasihat layaknya seorang bapak kepada anak perempuannya. Sedangkan sang bibi, memberikan kasih sayang pada masa pertumbuhan Nuraida. Namun beberapa bulan lalu, kakek Nuraida meninggal dunia. Kesedihan pun menghampiri Nuraida, ia merasa kehilangan.
“Ya kakek meninggal beberapa bulan lalu. Sekarang tinggal sama bibi,” ungkapnya, Selasa (25/6/2024).
Meski hidup serba kekurangan, tekad Nuraida untuk belajar masih menyala. Suatu hari tekad tersebut pernah redup karena pendapat orang-orang tentangnya soal pakaiannya yang kurang layak. Nuraida merasa terpinggirkan dari pergaulan teman-temannya. Keadaan itu sempat membuatnya putus sekolah. Nuraida kecil menangis.
Menyambut Putaran Roda Nasib
Tidak ada duka yang abadi, begitu juga kebahagiaan. Kehidupan ibarat roda yang terus berputar. Begitu juga kesedihan yang dialami Nuraida yang perlahan memudar. Pada tahun 2017, terdengar kabar tentangnya sampai ke seorang ustazah yang berasal dari lembaga Almarhamah. Sebagai informasi, Almarhamah adalah Mitra Pengelola Zakat (MPZ) Dompet Dhuafa berbentuk yayasan nirlaba (nonprofit) dan bergerak di bidang sosial-kemanusiaan, pendidikan, dakwah, kesehatan, dan pemberdayaan.
Ustazah dari Almarhamah itu mendengar tentang kondisi Nuraida. Ustazah tersebut haru, hatinya merasa tersentuh atas semangat belajar Nuraida yang sempat pupus karena keadaan. Akhirnya, ustazah dari Almarhamah mulai menyalurkan beasiswa kepada Nuraida. Kini, semangat belajar Nuraida Kembali menyala pelan-pelan. Ia mulai menemukan kembali kepercayaan dirinya.
Di bawah bimbingan ustazah, Nuraida tak hanya belajar tentang agama, tetapi juga tentang kehidupan. Ia belajar tentang pentingnya ketulusan, kebaikan, dan semangat pantang menyerah.
“Setiap manusia memiliki potensi yang besar, terlepas dari kondisi dan latar belakangnya,” ungkap ustazah kepada Nuraida.
Hari demi hari, senyum Nuraida mulai kembali. Ia merasa ada harapan baru yang menyinari hidupnya. Ia mulai berani bergaul dengan teman-teman sebayanya di Almarhamah. Meskipun tidak bisa bersekolah formal seperti mereka, Nuraida tidak lagi merasa terpinggirkan. Ia merasa menjadi bagian dari sebuah komunitas yang menerima dan mencintainya apa adanya. Di dalam hatinya, ia berjanji akan terus belajar dan berusaha sekuat tenaga untuk meraih mimpi-mimpinya.
Kini, Nuraida adalah seorang gadis yang penuh semangat dan optimisme. Ia mungkin tidak memiliki banyak harta, tetapi ia memiliki hati yang kaya akan cinta dan kebijaksanaan. Senyum manisnya adalah cerminan dari ketangguhan dan harapan yang tak pernah padam. Di pagi yang cerah itu, Nuraida menatap masa depannya dengan penuh keyakinan, siap menghadapi apa pun yang akan datang dengan hati yang tegar dan penuh cinta.
Kisah Nuraida mengajarkan kita bahwa meskipun hidup penuh dengan rintangan, dengan ketulusan hati dan semangat yang tak pernah pudar, kita bisa bangkit dan meraih kebahagiaan. Di luar sana ada banyak Nuraida-Nuraida lainnya yang membutuhkan uluran tangan kebaikan kita semua, semoga kisah Nuraida dapat menjadi penyemangat kita untuk ikut mendukung program pemberdayaan yatim melalui Program Sedekah Untuk Yatim. (Dompet Dhuafa)
Teks dan foto: Hafiz MPZ, Almarhamah