
ALMARHAMAHINDONESIA.COM — Suasana hening dan penuh empati menyelimuti Almarhamah saat enam lansia mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) bercerita masa lalu, Jumat 19 Desember 2025. Kegiatan yang difasilitasi mahasiswa profesi Ners Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan Kelompok 3 ini membuka ruang bagi lansia untuk mengungkap pengalaman hidup, baik kebahagiaan maupun kesedihan, sebagai bagian dari terapi psikososial.
Berbeda dari aktivitas berbasis karya, mahasiswa kelompok 3 ini memilih memulai pendampingan dengan membangun kedekatan emosional. Pendekatan ini dilakukan agar lansia merasa aman, dihargai, dan nyaman untuk berbagi cerita tanpa tekanan, sekaligus menjadi fondasi hubungan yang lebih personal antara mahasiswa dan lansia.
Dalam pelaksanaannya, lansia menyampaikan kisah secara bergantian, sementara mahasiswa berperan sebagai pendengar aktif yang memberikan umpan balik, empati, dan penguatan. Interaksi dua arah tersebut membantu lansia menyalurkan emosi serta memperkuat hubungan interpersonal di dalam kelompok.
Mahasiswa Memberikan Motivasi dan Support untuk Lansia Almarhamah
Salah satu lansia mengisahkan perjalanan hidupnya, mulai dari pengalaman melahirkan anak pertama di usia 14 tahun hingga kehilangan suami serta dua anak akibat peristiwa kecelakaan di masa lalu. Cerita yang disampaikan dengan emosi mendalam itu menciptakan suasana haru dan mengundang dukungan dari mahasiswa maupun lansia lain yang hadir.
Kak Mariana Bersama Lansia Almarhamah
Perwakilan mahasiswa profesi Ners Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan Kelompok 3, Mariana, menjelaskan bahwa TAK bercerita dipilih sebagai pendekatan awal pendampingan.
“Kami sengaja tidak langsung membuat karya karena ingin lebih dulu membangun kedekatan dengan lansia. Dengan bercerita, lansia merasa didengar dan kami bisa memahami kondisi emosional mereka secara lebih utuh,” ujarnya.
Ia menambahkan, sesi ini juga menjadi pembelajaran berharga bagi mahasiswa dalam mengasah empati dan komunikasi terapeutik.
Sementara itu, perwakilan Almarhamah, Riska, menilai kegiatan tersebut memiliki dampak positif bagi kesehatan mental lansia.
“Memberi ruang kepada lansia untuk bercerita adalah bagian penting dari pendampingan. Lansia merasa lega karena ada yang mau mendengarkan, dan ini sangat membantu proses pemulihan emosional mereka,” katanya.
Di akhir kegiatan, mahasiswa memberikan dukungan dan motivasi kepada lansia. Lansia tampak antusias dan mengaku merasa lebih ringan setelah dapat mengekspresikan perasaan serta menerima penguatan dari lingkungan sekitar.
Melalui TAK bercerita ini, Almarhamah menegaskan komitmennya untuk menghadirkan pendekatan pendampingan yang humanis dan berfokus pada kesehatan mental lansia. Ke depan, kegiatan berbasis komunikasi empatik ini akan terus dikembangkan sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas hidup lansia secara berkelanjutan.






